Rupa pagi di dinding beranda
Bergambar kisah paderi tanpa sesaji.
Langit muda di dahinya bertumpu di satu sudut tatap
Entah kutuk atau mantera yang tiba ketika asap dupa semu menggauli matanya
Ada tuju, ada laluan niat di tiap celah pintu
Ada kerontang yang menyusuri dedaun berembun
Angin pagi di syair jendela
Melirih memanggil, walau burung gagak berhasrat pergi.
Lagunya amsal belati,
Mencari nadi yang hilang denyut di kasur kapuk
Ketika nafas tak sepadan helaan
Ada ruang, ada sengal mencemari langit-langit
Ada lelaki yang acap mengukur ajal di rumahnya sendiri.
Banda Aceh, 27 Juli ‘08
Sumber : Kompas.com
Welcome
Blog Archive
Labels
- Asrul Sani (1)
- Chairil Anwar (2)
- Puisi Asrul Sani (14)
- Puisi Chairil Anwar (27)
- Puisi-puisi Harsandi Nugraha (5)
- Puisi/Sajak W.S Rendra (19)
- W.S. Rendra (2)
Labels:
Puisi-puisi Harsandi Nugraha
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment